Wednesday, February 27, 2013

Lewat bintang

Sudut kaku.
Cuma aku sama kamu,
Beralas lengan bersilakan tanah tegang--

Wednesday, February 20, 2013

Ruyup

Hari itu,
Mak berjemaah sama aku,
Cuman hari itu aku rasa salat aku jenjang.
Sebutir sepatah aku amatkan.
Kalam tuhan.
Ber-adukkan alunan suara rahmat mak.

Ruyup.
Mujur cuman 3 rakaat.

Salam kedua.
Menggeligis tangan ku-sua untuk mencium tangan mak.

Sejurus itu,
Mak kata,nanti.

Duduk rapat-rapat.
Minta dulu apa kita mau sama tuhan
Du'a salat paling mujarab antara-nya.



Thursday, February 14, 2013

Sisi

Detik aku menyusun-nyusun kata untuk puisi yang satu ini,
Ketahuilah bahwa aku sedang bertingkah dengan sisi lain,
Sisi lain si pendosa,
Ya.
Aku ini bukan si adiluhung,
Aku juga manusia alpa,
Pejalan hidup biasa seperti yang lain,
Bernista,mengadu domba segala.
Tapi dalam legar tinta,
Aku hambur segala,
Maka itu,
Tergelar-lah ini sebagai sisi lain si pendosa.
Pendosa suka.
Di sini aku perintih,
Di sini aku pengemis rahmat,
Di sini aku perayu belas,
Di sini aku pencungap ampun.

Tuhan, kau dengar aku kan?

Kita

Kau mau tau kenapa cerita kita tak di-panjangkan tuhan jodoh-nya?
Jawap-nya kerna ikhlas luhur-nya tiada,
Itu saja.

Monday, February 11, 2013

Gelandangan III: Bukit Bintang

Asap-asap sigaret yang terhembus melolos-kan partikel-partikel ke-langit,
Mandiri.

Sering hati kecil ini berdecit-decit mengejek,
Aku ni ter-patrol dengan ehwal dunia yang berbelit-belit.

Pandangan aku terkunjung pada satu figur.
Si penggeledah nafkah.

Sosok yang tersuruk di sudut sendat,
Indra penglihat gesit menggeledah ruang se-maksima sama,
Menyeringai sekali dua saat dia terasa mau,
Masam mencuka bilamana manusia rambang menista segala.

Sesekali di-tertibkan tali-tali halus dress singkat tanpa segan malu,
Terus-terusan mundar-mandir tercari gerangan si manusia pelapah,
Pegun me-musatkan kemauan pentas dunia yang ber-abdikan not-not kertas,
Statik.
Sosok-sosok ini masih menggigih me-lansung tugas.

Lilin lebah mencair sontok,
Lapangan malam ber-degil tak mau lanjut,
Si pengharap kandas mulai menggambar raut sumbing,
Kebalikannya,
Mulai mengabai si pengkabul du'a.

Akhir kalam,
Pangkal cerita,
Si pengharap kandas mengakrabi aku,
Tidak sekalipun mengaduh,
Lansung aku menyila-kan perbualan sejurus dia meminta sebatang sigaret sebelum ber-wicara,

'Berapa untung malam ni kak?'
'Rezeki dik,bukan untung.Syukur,cukup-cukup tuhan bagi untuk 2 3 hari'
'Lama akak kerja sini?'
'Bolehlah dikira senior.Rokok ni halal ye dik.Nak bagi duit akak kesian adik.Nanti belajar takut tak berkat'
*terkedu
'Eh,jangan macam tu kak.Rezeki kongsi sama'
'Alhamdulillah,akak pergi dulu dik.Orang pandang adik serong nanti'

Desis aku;
Manusia elok budi dirupakan jablay,
Ah jalan cerita dunia urusan tuhan,
Teka-teki-mu ruwet.



Sunday, February 10, 2013

Kolong

Seloroh hujan pagi merebas raga,
Membingkas si peng-harap komisi rambang,
Terjejak lapangan samudra yang tak memberita-kan,
Berkira-kira kapan-nya pulang bertentang hati si kesukaan.

Berambisi se-jangkul intensi lompong,
Mengaduh si relung hati yang tak terlaras,
Iktikad kukuh bersangga reguk gusar,
Berdana-kan bahari yang tak setimpal.

Degup-debar yang tak menyedia opsi,
Merelakan turunan adam meninting kodrat sorangan,
Bakal berkalang tanah-lah bagi pribadi yang ralat,
Kejur menggigil be-reaksi lewat mungkar & nakir.

Bersiap-siap segala sebelum buana menyerobot,
Menyerobot dengan tak ber-tanyakan.

Saturday, February 9, 2013

Langkas



Aku tak tau cara lancar untuk tulis ringkas-ringkas,
Aku bukan manusia pe-lekas,
Permisif.
Apa utilitas bilamana suatu seni itu rasa-nya tak luang,
Reguk yang tercecahkan.
Reguk waktu yang terlemparkan.
Segenap penyambung kata yang berjela punya arti yang menggagah,
Bukan cuma pe-ritma kata yang menyama,
Tapi reguk spirit yang cuba dihidup-kan dalam sesebuah kreasi tuli.
Maka sekarang ini,
Cuba kau peduli-kan apa yang mau aku kata,
Kita-kita ini manusia lengah,
Kita-kita ini ulung-nya cuma me-mula konfrontasi berpunca tiada,
Kita-kita ini paling larat saat-nya bila menuding manusia yang ber-nasibkan kandas.

Tuesday, February 5, 2013

Musabab

Aku menulis saban hari.Semua yang datang dari lubuk hati.Tentang rasanya semua.Kerna masa aku menyikit.Bahkan semua orang sekalipun.Mati itu menghampiri.Kalaupun aku rebah esok,meski tak sepenuh hayat aku sisip-kan dalam wicara ini; secebis juga sudah memadai daripada yang lompong.Mana tau nanti mak atau bapak terjumpakan ruangan ini.Boleh nanti dibuat pelepas rindu mereka untuk aku.Mana tau mereka-mereka yang mengasihi aku, mau ingatan kembali tentangnya aku.Boleh juga mereka terngiang-ngiangkan segala kenangan enak kembali.Cuman itu tujuan aku menghidupkan diari visual ini.Cuman itu.Aku mau diingati.

Tak cukup untuk aku menyisip kenangan atau perjalanan yang aku alami dalam hidup.Segala wicara terus yang aku tari-kan ini juga untuk ingatan-nya aku.Ingatan agar aku terus terpandu.Ingatan agar aku terus tau yang aku bukan hidup bersenangan selalu.

Sunday, February 3, 2013

Rekayasa

Berfikir-fikir dulu sebelum merasam.
Waima tiada asas hujung akar-nya,
Pitaka sama veda bukan pungutan kita,
Dasarkan kita punya yang utama,
Biar terlihat seolah terkakas-kakas menimba agama,
Jangan ternampak bak si anjing meng-ulung si baruna,rama atau yang lain-nya,
Biar mereka taruh kita ini menyikit se-demi hari,
Biar.
Kita ini ada harga,
Kita ini ada harga.